KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat
Allah swt, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya
susun berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini, dengan keluasan materi dan
bahasa yang mudah dimengerti sehingga membantu mendapatkan informasi yang
dibutuhkan mengenai Ayat- Ayat Al- Qur’an atau Hadist yang Membahas Ilmu Kimia.
Untuk memudahkan dalam mempelajari makalah ini, maka saya menyusunnya secara
sistematis dan semenarik mungkin. Akhirnya kata, saya berharap semoga makalah
ini bermanfaat.
Pekanbaru, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I
Pendahuluan................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D.
Manfaat..................................................................................................... 2
E.
Metode
Penelitian..................................................................................... 3
BAB II
Pembahasan................................................................................................ 4
A. Pengertian
Ilmu Kimia............................................................................... 4
B.
Ayat-ayat Al-Qur`an yang Membahas Ilmu Kimia.................................... 5
1. Keseimbangan
dalam Atom........................................................... 5
2. Fenomena
Air Hujan...................................................................... 6
3. Lebah
dan Cairan Madu................................................................. 9
4. Keseimbangan
di Atmosfer.......................................................... 10
5. Besi
sebagai Salah Satu Unsur Kimia.......................................... 12
6.
Unsur-unsur
atau Elemen yang terdapat pada suatu kejadian..... 15
BAB III Penutup................................................................................................... 16
A. Kesimpulan............................................................................................. 16
B. Saran....................................................................................................... 17
Daftar Pustaka....................................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Sains dan Teknologi di zaman
ini semakin terasa pesat dan diperlukan manusia. Manusia modern sudah sangat
bergantung kepada produk-produk sains dan teknologi. Sukar untuk dibayangkan
manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-produk sains dan teknologi.
Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat
tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi,
alat-alat hiburan, kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas
dari pada menggunakan produk sains dan teknologi.
Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang
telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material manusia.
Penemuan-penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan
pada manusia. Perjalanan yang dulu perlu ditempuh berbulan-bulan, sekarang
dapat ditempuh hanya beberapa jam saja dengan pesawat terbang, kereta api
cepat, hinggalah penemuan-penemuan lain yang sangat membedakan, memudahkan dan
menyenangkan cara hidup manusia zaman sekarang dibanding zaman dulu.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah
manusia, maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains
dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban, bahkan mengatur
umatnya ke arah kelak.[1]
itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat.
Walaupun Ilmu Sains sekarang ini telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat, mka sangat dibutuhkan sekali ilmu
agama dalam mengiringi perkembangan ilmu sains tersebut. Ilmu agama yang
hendaknya harus selalu mengiringi perkembangan ilmu sains adalah ilmu akhlak.
Tanpa ilmu akhlak, maka ilmu sains yang ada di
dunia ini kurang berarti. Hal ini dikarenakan ilmu akhlak akan membawa pikiran
untuk mengembangkan ilmu sains kearah positif. Jika ilmu sains tidak diikuti
dengan ilmu akhlak, akan banyak ilmu sains yang ditemukan tidak menguntungkan
bagi kehidupan manusia. Ilmu akhlak disini akan menghantarkan sebuah pemikiran
untuk menghasilkan ilmu sains yang kegunaannya sesuai dalam kehidupan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
integrasi ilmu akhlak itu dalam pembelajaran ilmu sains?
2. Bagaimana
peranan ilmu akhlak dalam ilmu sains?
C.
Tujuan
Mengangkat
judul “Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains” bertujuan untuk menngetahui
pentingnya ilmu akhlak untuk dipelajari disamping juga mempelajari ilmu sains.
Selain itu, judul ini diangkat untuk menjelaskan peranan ilmu akhlak itu,
sehingga akan terus dikembangkan.
D.
Manfaat
1. Manfaat
bagi penulis
a) Penulis
dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang integrasi ilmu akhlak dalam
pembelajaran ilmu sains.
b) Penulis
dapat mengetahui beberapa peranan dari ilmu akhlak dan hubungan ilmu akhlak itu dengan ilmu lainnya, khusunya sains.
2. Manfaat
bagi pembaca
a) Pembaca
akan terbuka hati nuraninya mendalami ilmu akhlak.
b) Pembaca
akan termotivasi untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan
akhlak yang telah dijelaskan dalam al qur’an.
E.
Metode Penulisan
Makalah ini disusun secara
sistematis dengan menggunakan berbagai metode. Metode-metode yang dipakai dalam
penyusunan makalah ini adalah dengan cara membaca berbagai macam sumber
referensi buku yang terkait dengan Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran
Ilmu Sains. Diharapkan metode ini dapat menghasilkan makalah yang bermanfaat
dan memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi
Dalam
Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, kata integrasi memiliki
pengertian penyatuan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat.[2]
Jika demikian halnya maka bagaiamanakah cara mengintegrasikan ilmu akhlak dalam
pembelajaran ilmu sains?
Khudori Sholeh mengatakan bahwa sebenarnya lembaga
pendidikan Islam telah melakukan integrasi tersebut meskipun dalam pengertian
sederhana. Lembaga pendidikan Islam mulai dari Madrasah Ibtidaiyah sampai
Perguruan Tinggi, memang telah memberikan materi-materi ilmu keagamaan seperti
akhlak, tafsir, hadis, fiqh, dan seterusnya, dan pada waktu yang sama juga
memberikan berbagai disiplin ilmu modern yang diadopsi dari Barat. Artinya,
mereka telah melakukan integrasi antara ilmu dan agama.
Akan
tetapi, integrasi yang dilakukan ini biasanya hanya dengan sekedar memberikan
ilmu agama dan umum secara bersama-sama tanpa dikaitkan satu sama lain apalagi
dilakukan di atas dasar filosofis yang mapan. Sehingga pemberian bekal ilmu dan
agama tersebut tidak memberikan pemahaman yang yutuh dan komprehensif pada
peserta didik. Apalagi kenyataannya, ilmu-ilmu tersebut sering disampaikan oleh
guru atau dosen yang kurang mempunyai wawasan keislaman dan kemoderenan yang
memadai.[3]
B.
Integrasi
Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup ilmu
akhlak yang telah dijelaskan di atas, diharapkan integrasi antara ilmu akhlak
dalam pembelajaran ilmu sains dapat meningkatkan pemahaman dan pemantapan bagi
peserta didik.
Islam memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah
Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits
menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya
dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Islam memerintahkan manusia untuk membangun segala
pemikirannya berdasarkan aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa
kita pahami dari ayat yang pertama kali turun :
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan”.(QS. Al–Alaq: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca
guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya
itu tidak boleh lepas dari Akhlak dan Aqidah Islam, karena iqra` haruslah
dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan
asas Akhlak dan Aqidah Islam.
Itulah ajaran yang dibawa Rasulullah SAW yang meletakkan akalak
dan aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah sebagai
asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk aqidah Islam lebih dulu, lalu
setelah itu menjadikan aqidah dan akhlak tersebut sebagai pondasi dan standar
bagi berbagai pengetahun. Ini dapat ditunjukkan misalnya dari suatu peristiwa
ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan dengan
wafatnya putra beliau (Ibrahim). Orang-orang berkata.gerhana matahari ini
terjadi karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW segera menjelaskan:
Sesungguhnya matahari dan bulan ini keduanya sebagai bukti kebesaran Allah,
tidaklah gerhana ini karena mati atau hidupnya seseorang, maka bila kalian
melihat gerhana segeralah berdoa dan bertakbir mengagungkan Allah, shalat, dan
shadaqah.[4]
Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan
aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa
fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada
hubungannya dengan nasib seseorang, hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang
sebenarnya.
Menurut Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At
Tamimi seperti yang dikutip oleh Abdurrahman R Effendi dan Gita Puspita
menegaskan bahwa semua aktifitas keseharian kita termasuk mengkaji dan
mengembangkan sains dan teknologi dapat bernilai ibadah bahkan perjuangan di
sisi Allah bila memenuhi 5 syarat ibadah yaitu:
1
Niat yang betul, yaitu karena untuk
membesarkan Allah. Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya
amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya dan yang didapat setiap orang itu
sesuai dengan apa yang dia niatkan. “Niat orang mukmin itu adalah lebih baik
daripada amalannya.“
2
Pelaksanaannya benar-benar di atas landasan
syariat atau aturan Allah.
3
Perkara atau subyek yang menjadi tumpuan untuk
dilaksanakan atau dikaji itu mestilah mendapat keredhaan Allah. Subyek yang
paling utama mestilah suci agar benar-benar menjadi ibadah kepada Allah.
4
Natijah (Hasil) mesti baik karena merupakan
pemberian Allah kepada hamba-Nya. Dan setelah itu, hamba-hamba yang
dikaruniakan rahmat itu wajib bersyukur kepada ALLAH dengan berzakat, melakukan
korban, serta membuat berbagai amal . Jika aktifitas tersebut menghasilkan ilmu
yang dicari maka ilmu itu hendaklah digunakan sesuai dengan yang diridhai
Allah.
5
Tidak meninggalkan atau melalaikan
ibadah-ibadah asas, seperti belajar ilmu fardhu ‘ain, shalat 5 waktu, puasa,
zakat dan sebagainya.[5]
Integrasi yang diharapkan antara ilmu akhlak dengan Sains
dan Teknologi bukan dipahami dengan memberikan materi ilmu akhlak yang
diselingi dengan dengan materi sains dan teknologi. Akan tetapi yang
dimaksudkan adalah adanya integrasi yang sebenarnya, di mana ketika kita
menjelaskan tentang suatu materi ilmu akhlak dapat didukung oleh fakta sains
dan teknologi. Sebab, di dunia yang demikian modern ini, peserta didik tidak
mau hanya sekedar menerima secara dogmatis saja setiap materi pelajaran agama
yang mereka terima. Secara kritis mereka juga mempertanyakan tentang materi
pendidikan agama yang kita sampaikan sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kita ambil contoh, ketika menyampaikan materi tentang Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW, memang tidak salah jika kita hanya menyampaikan bahwa
perjalanan yang dilakukan Nabi tersebut atas kehendak Allah semata tetapi perlu
juga disampaikan pembahasan secara sains dan teknologi modern. Memang benar
banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis yang menunjukkan kebenaran perjalanan Nabi
tersebut, namun akan lebih mantap lagi jika dalam penyampaian materi pelajaran
tersebut disertakan fakta-fakta yang berdasarkan sains dan teknlogi.
Pemahaman dengan pendekatan konsep ekstra dimensi sekadar
pendekatan sains untuk merasionalkan konsep aqidah terkait Isra’ mi’raj, walau
belum tentu tepat. Tetapi upaya pendekatan saintifik sering dipakai sebagai
dalil aqli (akal) untuk memperkuat keyakinan dalam aqidah Islam. Sains
seharusnya tidak kontradiktif dengan aqidah dan aqidah bukan hal yang bersifat
dogmatis semata, tetapi memungkinkan dicerna dengan akal. Mengintegrasikan
sains dalam memahami aqidah dapat menghapuskan dikotomi aqidah dan sains,
karena Islam mengajarkan bahwa kajian sains tentang ayat-ayat kauniyah tak
terpisahkan dari pemaknaan aqidah. [6]
Penjelasan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj di atas merupakan
salah satu contoh materi tentang akhlak, aqidah, dan keimanan yang dicoba
dijelaskan dengan pendekatan sains dan tenologi sehingga akan mudah dicerna
oleh peserta didik.
Contoh di atas kiranya dapat dijadikan gambaran tentang
integrasi ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains. Bahwa ilmu sains dan
teknologi sebenarnya dapat dijadikan fakta empiris penguat kebenaran ajaran
agama islam. Pengajaran yang awalnya lebih banyak bersifat dogmatis semakin
terasa mudah untuk dipahami. Integrasi ini tentunya dengan harapan untuk lebih
meningkatkan pemahaman peserta didik akan materi pelajaran ilmu akhlak dan
sekaligus sebagai penguat keyakinan akan kebenaran al-Qur`an.
Ilmu Sains akan melanggar ilmu akhlak apabila lingkup sains
memiliki tujuan serta perilaku yang tidak sesuai dengan sifat-sifat saintifis.
Secara garis besar ada lima dan merupakan lawan dari sifat saintifis:
1)
Subjektif dan mendukung yang belum tentu secara membabi buta
2)
Plagiat dan tidak kreatif
3)
Parsial atau mendukung hanya sebagian besar, minoritas tidak
dipikirkan
4)
Berpikir pendek atau kurang mau menalar
5)
Bohong atau kebenarannya tidak didukung apapun, bahkan
hipotesis sekalipun
Sains akan melanggar “moral” apabila sains itu ada diluar
aturan-aturan agama dan budaya. Selanjutnya tergantung agama dan budaya yang
dianut. Contoh produk sains tak bermoral misalnya senjata pemusnah missal. Bagi
si pemilik senjata benda tersebut adalah suatu anugrah, tapi merupakan sebuah
bencana dimata calon korban.
Sains akan menjadi tak “beretika” apabila sains tersebut
melanggar nilai kehormatan seorang manusia. Hubungan yang satu ini adalah hasil
spesifikasi dari contoh sains yang tak bermoral. Yang satu ini sering terjadi
didunia biologi sebagai sebuah kontroversi. Contoh: cloning merupakan suatu hal
yang tak beretika ketika mengganggu kemurnian seorang manusia. Manusia
diciptakan satu untuk satu orang, tapi mereka memanipulasi agar ada satu orang
yang sama dalam tempat yang berbeda melalui cloning.
Walau demikian, pada kenyataannya pelanggaran sains terhadap
akhlak, moral, dan etika malah membuat aturan-aturan didunia sains semakin
kompleks dan spesifik agar tidak terjadi pelanggaran serupa di masa depannya.
Sehingga pada akhirnya pelanggaran-pelanggaran tersebut meningkatkan nilai moral,
akhlak, dan etika dari sains itu sendiri. Jadi, terdapat hubungan antara sains
dengan ketiga hal diatas yang saling mempengaruhi pada perkembangan sains itu
sendiri.
C.
Peran Ilmu
Akhlak dalam Perkembangan Pembelajaran Sains
Adapun beberapa peran ilmu akhlak dalam perkembangan
pembelajarn sains diantaranya sebagai berikut:
1)
Akhlak dan aqidah islam sebagai dasar ilmu sains
Inilah peran utama pendidikan islam yang dimainkan dalam
iptek, yaitu menjadikan akhlak dan aqidah islam sebagai segala konsep dan
aplikasi iptek. Inilah paradigm Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh
Rasullullah SAW.
2)
Syariah Islam sebagai Standar Pemanfaatan Sains dan
Teknologi
Peran kedua Islam dalam perkembangan sains dan teknologi,
adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan sains dan
teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan
tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan
sains dan teknologi yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik,
insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga
seluruh umat manusia.
Sedangkan peran sains dan teknologi menurut
Islam sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat
tanda-tanda (Kebesaran Allah) bagi kalangan ulul albab. Yaitu mereka yang
hatinya selalu bersama Allah di waktu berdiri, duduk dan dalam keadaan
berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),
Ya Tuhan kami,tidaklah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka perliharalah kami dari azab neraka. (QS Al Imron 190-191)
Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui
pengamatan, kajian dan pengembangan sains dan teknologi, Allah menghendaki
manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan keagunganNya. Betapa
hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan keluasannyapun manusia belum
sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat lagi Allah yang
menciptakannya. Tidak terbayangkan oleh akal fikiran dan perasaan manusia Maha
Hebatnya Allah. Kalaulah alam semesta yang nampak secara lahiriah saja sudah
begitu luas, menurut kajian dengan menggunakan peralatan terkini yang canggih
diameternya 20 milyar tahun cahaya, terasa betapa besar dan agungnya Allah yang
menciptakannya. Ini alam lahiriah yang nampak dan dapat diukur secara lahiriah,
belum lagi alam-alam yang berbagai jenis yang tidak dapat dikaji dan
diobservasi dengan peralatan lahiriah buatan manusia, walau secanggih apapun.
Maka melalui kajian sains dan pengembangan
teknologi, sepatutnya rasa hamba para saintis dan teknolog meningkat. Tetapi
sedikit sekali saintis dan teknolog yang meningkat rasa hambanya, yang semakin
tawadhu, yang semakin cinta dan takut dengan Allah. Bahkan kebanyakannya
semakin mereka menemukan benda-benda dan inovasi-inovasi yang baru, semakin
bangga dan rasa hebat. Bukan bertambah rasa kehambaan, rasa takut dan cintakan
Allah.[7]
D.
Problematika
Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains
Idealnya integrasi ilmu akhlak dalam pembeljaran ilmu sains
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam memantapkan materi
ilmu akhlak. Juga sebagai sarana memperjelas permasalahan yang timbul dalam
penyampaian materi pendidikan agama Islam yang awalnya hanya bersifat dogmatis
saja. Juga sebagai peningkatan rasa keimanan akan kebenaran segala yang
disampaikan Al-Qur’an dan Hadis.
Namun kenyataan di lapangan tentu akan berbeda
pelaksanaannya dengan adanya beberapa hambatan atau problematika yang dihadapi
dalam proses integrasi tersebut. Di antara problematika tersebut adalah:
1
Sumber Daya Manusia
Tidak
dapat dipungkiri bahwa guru pendidikan agama Islam berangkat dari disiplin ilmu
yang hanya membekalinya untuk dapat mengajar pendidikan agama Islam sesuai
dengan bidang keahliannya saja. Sehingga dalam aplikasinya ketika integrasi
dengan sains dan teknologi dilaksanakan akan menimbulkan permasalahan kurangnya
pemahaman dari guru pendidikan agama Islam tersebut tentang sains dan
teknologi.
Hal ini dapat dicarikan solusi dengan beberapa langkah, di
antaranya: dengan mengikuti pendidikan dan latihan terkait dengan sains dan
teknologi, menambah referensi bacaan tentang sains dan teknologi, dan
pembahasan dalam forum musyawarah guru mata pelajaran. Untuk mewujudkan hal
tersebut tentunya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Dalam hal ini
pemerintah telah memberikan perhatiannya dengan program sertifikasi guru.
Dengan adanya program sertifikasi guru yang diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan yang berupa tunjangan profesi bagi guru. Undang-undang guru dan
dosen antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru sekaligus
kesejahteraannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.[8]
Selain itu dalam rangka meningkatkan kualitas hasil
pendidikan, para pengambil kebijakan di bidang pendidikan sering memperkenalkan
inovasi pendidikan. Inovasi di bidang pembelajaran misalnya, sering ditatarkan
atau di-diklat-kan kepada para guru.[9]
2
Laboratorium Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
agama sebagaimana pendidikan lainnya juga membutuhkan sarana dan fasilitas.
Bila di sekolah ada laboratorium IPA, Biologi, Bahasa, maka sebetulnya sekolah
juga membutuhkan laboratorium agama di samping masjid. Laboratorium itu
dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang membawa peserta didik untuk lebih
menghayati agama, misalnya video yang bernapaskan keagamaan, music dan nyanyian
keagamaan, syair, puisi keagamaan, alat-alat peraga pendidikan agama, foto-foto
yang bernapaskan keagamaan, dan lain sebagainya yang merangsang emosional
keberagaman peserta didik.
3
Buku Referensi
Buku
merupakan faktor yang sangat mendukung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penambahan referensi buku-buku agama maupun buku-buku tentang sains
dan teknologi akan membantu menyelesaikan problem integrasi pendidikan agama
Islam dengan sains dan teknologi. Pengadaan buku ini sebenarnya menjadi
tanggung jawab pemerintah dan lembaga pendidikan yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai ciptaan Tuhan dengan kesempurnaan akal
pikirannya, di dalam ajaran Islam, dianjurkan untuk membaca ayat-ayat yang
tersirat lewat fenomena dan keteraturan alam. Dengan kajian-kajiannya yang
kemudian menjadi ilmu pengetahuan dan teraplikasi dalam wujud teknologi,
kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan sejahtera. Dengan mengetahui dan
merenungi berbagai keteraturan dan fenomena alam yang ada akan menimbulkan
keimanan, ketakwaan, dan kesadaran rohaniyah dalam diri manusia bahwa betapa
kecilnya makhluk manusia dan betapa besarnya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta serta segala isinya.
Dengan integrasi ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains
diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah
dipahami. Sehingga tujuan pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab
suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan,
serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
B. Saran
1) Dengan
adanya makalah yang mengangkat tema ini diharapkan dapat meningkatkan cara
pembelajaran sains yang mengikutsertakan ilmu akhlak didalamnya.
2) Dapat
memotivasi pembaca agar melakukan ataupun membuat karya yang sama agar materi
ini lebih dapat dikembangkan untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita. 2007. Membangun Sains dan Teknologi Menurut
Kehendak Tuhan. Jakarta: Giliran Timur.
Khudori Sholeh. 2007. Pokok
Pikiran tentang Integrasi Ilmu dan Agama dalam Intelektualisme Islam; Melacak
Akar-akar Integrasi Ilmu dan Agama. Malang: LKQS UIN Malang.
Muhaimin.
2011. Pemikiran dan Aktualisasi
Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Menuk Hardaniwati dkk. 2003. Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta: Pusat Bahasa.
[1] Abdurrahman R Effendi dan
Gina Puspita, Membangun Sains dan
Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, (Jakarta: Giliran Timur, 2007), hlm. 15.
[2] Menuk Hardaniwati dkk, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2003), hlm. 251-252
[3] Khudori Sholeh, Pokok Pikiran tentang Paradigma Integrasi
Ilmu dan Agama dalam Intelektualisme
Islam: Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan Agama, (Malang: LKQS UIN
Malang, 2007), hlm. 231.
[4] Achmad Zaidun, Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari, (Jakarta:
Pustaka Amani, 2002), hlm. 263
[5] Abdurrahman R Effendi dan
Gita Puspita, Membangun Sains dan
Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, hlm. 7.
[6] Thomas Djamaluddin, Isra’ Mi’raj: Inspirasi Mengintegrasikan
Sains dalam Aqidah dan Ibadaha dalam http://www.dakwatuna.com/2011/06/12964/isra-miraj-inspirasi-mengintegrasikan-sains-dalam-aqidah-dan-ibadah/
[7] Abdurrahman R Effendi dan
Gita Puspita, Membangun Sains dan Teknologi
Menurut Kehendak Tuhan, hlm. 54-55
[8] Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan
Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 99.
[9] Ibid, hlm. 102.
MCD: A Casino in Atlanta is your ticket to - Dr. MD
BalasHapusThis site 대전광역 출장샵 is not 경상북도 출장마사지 associated with nor 경주 출장샵 is it 수원 출장샵 endorsed by any professional or collegiate league, association or 전주 출장마사지 team. Learn more.