ASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATU

Kamis, 25 Desember 2014

Integrasi Ayat-Ayat Al-Quran dalam Ilmu Kimia



KATA PENGANTAR





Puji dan syukur kami panjatkan  kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas  ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya susun berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini, dengan keluasan materi dan bahasa yang mudah dimengerti sehingga membantu mendapatkan informasi yang dibutuhkan mengenai Ayat- Ayat Al- Qur’an atau Hadist yang Membahas Ilmu Kimia. Untuk memudahkan dalam mempelajari makalah ini, maka saya menyusunnya secara sistematis dan semenarik mungkin. Akhirnya kata, saya berharap semoga makalah ini bermanfaat.








Pekanbaru, Januari 2013




                        Penulis










DAFTAR ISI
                                                                                    

Kata Pengantar......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan................................................................................................ 1

A.  Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B.  Rumusan Masalah..................................................................................... 2

C. Tujuan........................................................................................................ 2

D.    Manfaat..................................................................................................... 2

E.     Metode Penelitian..................................................................................... 3

BAB II Pembahasan................................................................................................ 4

A. Pengertian Ilmu Kimia............................................................................... 4

B. Ayat-ayat Al-Qur`an yang Membahas Ilmu Kimia.................................... 5
1.      Keseimbangan dalam Atom........................................................... 5
2.      Fenomena Air Hujan...................................................................... 6
3.      Lebah dan Cairan Madu................................................................. 9
4.      Keseimbangan di Atmosfer.......................................................... 10
5.      Besi sebagai Salah Satu Unsur Kimia.......................................... 12
6.      Unsur-unsur atau Elemen yang terdapat pada suatu kejadian..... 15

BAB III Penutup................................................................................................... 16

A.  Kesimpulan............................................................................................. 16

B.  Saran....................................................................................................... 17

Daftar Pustaka....................................................................................................... 18




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Sains dan Teknologi di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan manusia. Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk sains dan teknologi. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-produk sains dan teknologi. Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan, kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari pada menggunakan produk sains dan teknologi.
Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material manusia. Penemuan-penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia. Perjalanan yang dulu perlu ditempuh berbulan-bulan, sekarang dapat ditempuh hanya beberapa jam saja dengan pesawat terbang, kereta api cepat, hinggalah penemuan-penemuan lain yang sangat membedakan, memudahkan dan menyenangkan cara hidup manusia zaman sekarang dibanding zaman dulu.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah kelak.[1] itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat.

Walaupun Ilmu Sains sekarang ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, mka sangat dibutuhkan sekali ilmu agama dalam mengiringi perkembangan ilmu sains tersebut. Ilmu agama yang hendaknya harus selalu mengiringi perkembangan ilmu sains adalah ilmu akhlak.
Tanpa ilmu akhlak, maka ilmu sains yang ada di dunia ini kurang berarti. Hal ini dikarenakan ilmu akhlak akan membawa pikiran untuk mengembangkan ilmu sains kearah positif. Jika ilmu sains tidak diikuti dengan ilmu akhlak, akan banyak ilmu sains yang ditemukan tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Ilmu akhlak disini akan menghantarkan sebuah pemikiran untuk menghasilkan ilmu sains yang kegunaannya sesuai dalam kehidupan.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana integrasi ilmu akhlak itu dalam pembelajaran ilmu sains?
2.      Bagaimana peranan ilmu akhlak dalam ilmu sains?

C.     Tujuan
Mengangkat judul “Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains” bertujuan untuk menngetahui pentingnya ilmu akhlak untuk dipelajari disamping juga mempelajari ilmu sains. Selain itu, judul ini diangkat untuk menjelaskan peranan ilmu akhlak itu, sehingga akan terus dikembangkan.




D.    Manfaat
1.      Manfaat bagi penulis
a)      Penulis dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang integrasi ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains.
b)      Penulis dapat mengetahui beberapa peranan dari ilmu akhlak dan hubungan ilmu akhlak  itu dengan ilmu lainnya, khusunya sains.
2.      Manfaat bagi pembaca
a)      Pembaca akan terbuka hati nuraninya mendalami ilmu akhlak.
b)      Pembaca akan termotivasi untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan akhlak yang telah dijelaskan dalam al qur’an.

E.     Metode Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis dengan menggunakan berbagai metode. Metode-metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara membaca berbagai macam sumber referensi buku yang terkait dengan Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains. Diharapkan metode ini dapat menghasilkan makalah yang bermanfaat dan memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Integrasi
Dalam Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, kata integrasi memiliki pengertian penyatuan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat.[2] Jika demikian halnya maka bagaiamanakah cara mengintegrasikan ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains?
Khudori Sholeh mengatakan bahwa sebenarnya lembaga pendidikan Islam telah melakukan integrasi tersebut meskipun dalam pengertian sederhana. Lembaga pendidikan Islam mulai dari Madrasah Ibtidaiyah sampai Perguruan Tinggi, memang telah memberikan materi-materi ilmu keagamaan seperti akhlak, tafsir, hadis, fiqh, dan seterusnya, dan pada waktu yang sama juga memberikan berbagai disiplin ilmu modern yang diadopsi dari Barat. Artinya, mereka telah melakukan integrasi antara ilmu dan agama.
Akan tetapi, integrasi yang dilakukan ini biasanya hanya dengan sekedar memberikan ilmu agama dan umum secara bersama-sama tanpa dikaitkan satu sama lain apalagi dilakukan di atas dasar filosofis yang mapan. Sehingga pemberian bekal ilmu dan agama tersebut tidak memberikan pemahaman yang yutuh dan komprehensif pada peserta didik. Apalagi kenyataannya, ilmu-ilmu tersebut sering disampaikan oleh guru atau dosen yang kurang mempunyai wawasan keislaman dan kemoderenan yang memadai.[3]

B.     Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup ilmu akhlak yang telah dijelaskan di atas, diharapkan integrasi antara ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains dapat meningkatkan pemahaman dan pemantapan bagi peserta didik.
Islam memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Islam memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun :

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”.(QS. Al–Alaq: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Akhlak dan Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Akhlak dan Aqidah Islam.
Itulah ajaran yang dibawa Rasulullah SAW yang meletakkan akalak dan aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk aqidah Islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah dan akhlak tersebut sebagai pondasi dan standar bagi berbagai pengetahun. Ini dapat ditunjukkan misalnya dari suatu peristiwa ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim). Orang-orang berkata.gerhana matahari ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW segera menjelaskan: Sesungguhnya matahari dan bulan ini keduanya sebagai bukti kebesaran Allah, tidaklah gerhana ini karena mati atau hidupnya seseorang, maka bila kalian melihat gerhana segeralah berdoa dan bertakbir mengagungkan Allah, shalat, dan shadaqah.[4]
Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib seseorang, hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang sebenarnya.
Menurut Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi seperti yang dikutip oleh Abdurrahman R Effendi dan Gita Puspita menegaskan bahwa semua aktifitas keseharian kita termasuk mengkaji dan mengembangkan sains dan teknologi dapat bernilai ibadah bahkan perjuangan di sisi Allah bila memenuhi 5 syarat ibadah yaitu:
1           Niat yang betul, yaitu karena untuk membesarkan Allah. Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya dan yang didapat setiap orang itu sesuai dengan apa yang dia niatkan. “Niat orang mukmin itu adalah lebih baik daripada amalannya.“
2           Pelaksanaannya benar-benar di atas landasan syariat atau aturan Allah.
3           Perkara atau subyek yang menjadi tumpuan untuk dilaksanakan atau dikaji itu mestilah mendapat keredhaan Allah. Subyek yang paling utama mestilah suci agar benar-benar menjadi ibadah kepada Allah.
4           Natijah (Hasil) mesti baik karena merupakan pemberian Allah kepada hamba-Nya. Dan setelah itu, hamba-hamba yang dikaruniakan rahmat itu wajib bersyukur kepada ALLAH dengan berzakat, melakukan korban, serta membuat berbagai amal . Jika aktifitas tersebut menghasilkan ilmu yang dicari maka ilmu itu hendaklah digunakan sesuai dengan yang diridhai Allah.
5           Tidak meninggalkan atau melalaikan ibadah-ibadah asas, seperti belajar ilmu fardhu ‘ain, shalat 5 waktu, puasa, zakat dan sebagainya.[5]
Integrasi yang diharapkan antara ilmu akhlak dengan Sains dan Teknologi bukan dipahami dengan memberikan materi ilmu akhlak yang diselingi dengan dengan materi sains dan teknologi. Akan tetapi yang dimaksudkan adalah adanya integrasi yang sebenarnya, di mana ketika kita menjelaskan tentang suatu materi ilmu akhlak dapat didukung oleh fakta sains dan teknologi. Sebab, di dunia yang demikian modern ini, peserta didik tidak mau hanya sekedar menerima secara dogmatis saja setiap materi pelajaran agama yang mereka terima. Secara kritis mereka juga mempertanyakan tentang materi pendidikan agama yang kita sampaikan sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita ambil contoh, ketika menyampaikan materi tentang Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, memang tidak salah jika kita hanya menyampaikan bahwa perjalanan yang dilakukan Nabi tersebut atas kehendak Allah semata tetapi perlu juga disampaikan pembahasan secara sains dan teknologi modern. Memang benar banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis yang menunjukkan kebenaran perjalanan Nabi tersebut, namun akan lebih mantap lagi jika dalam penyampaian materi pelajaran tersebut disertakan fakta-fakta yang berdasarkan sains dan teknlogi.
Pemahaman dengan pendekatan konsep ekstra dimensi sekadar pendekatan sains untuk merasionalkan konsep aqidah terkait Isra’ mi’raj, walau belum tentu tepat. Tetapi upaya pendekatan saintifik sering dipakai sebagai dalil aqli (akal) untuk memperkuat keyakinan dalam aqidah Islam. Sains seharusnya tidak kontradiktif dengan aqidah dan aqidah bukan hal yang bersifat dogmatis semata, tetapi memungkinkan dicerna dengan akal. Mengintegrasikan sains dalam memahami aqidah dapat menghapuskan dikotomi aqidah dan sains, karena Islam mengajarkan bahwa kajian sains tentang ayat-ayat kauniyah tak terpisahkan dari pemaknaan aqidah.         [6]
Penjelasan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj di atas merupakan salah satu contoh materi tentang akhlak, aqidah, dan keimanan yang dicoba dijelaskan dengan pendekatan sains dan tenologi sehingga akan mudah dicerna oleh peserta didik.
Contoh di atas kiranya dapat dijadikan gambaran tentang integrasi ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains. Bahwa ilmu sains dan teknologi sebenarnya dapat dijadikan fakta empiris penguat kebenaran ajaran agama islam. Pengajaran yang awalnya lebih banyak bersifat dogmatis semakin terasa mudah untuk dipahami. Integrasi ini tentunya dengan harapan untuk lebih meningkatkan pemahaman peserta didik akan materi pelajaran ilmu akhlak dan sekaligus sebagai penguat keyakinan akan kebenaran al-Qur`an.
Ilmu Sains akan melanggar ilmu akhlak apabila lingkup sains memiliki tujuan serta perilaku yang tidak sesuai dengan sifat-sifat saintifis. Secara garis besar ada lima dan merupakan lawan dari sifat saintifis:
1)      Subjektif dan mendukung yang belum tentu secara membabi buta
2)      Plagiat dan tidak kreatif
3)      Parsial atau mendukung hanya sebagian besar, minoritas tidak dipikirkan
4)      Berpikir pendek atau kurang mau menalar
5)      Bohong atau kebenarannya tidak didukung apapun, bahkan hipotesis sekalipun


Sains akan melanggar “moral” apabila sains itu ada diluar aturan-aturan agama dan budaya. Selanjutnya tergantung agama dan budaya yang dianut. Contoh produk sains tak bermoral misalnya senjata pemusnah missal. Bagi si pemilik senjata benda tersebut adalah suatu anugrah, tapi merupakan sebuah bencana dimata calon korban.
Sains akan menjadi tak “beretika” apabila sains tersebut melanggar nilai kehormatan seorang manusia. Hubungan yang satu ini adalah hasil spesifikasi dari contoh sains yang tak bermoral. Yang satu ini sering terjadi didunia biologi sebagai sebuah kontroversi. Contoh: cloning merupakan suatu hal yang tak beretika ketika mengganggu kemurnian seorang manusia. Manusia diciptakan satu untuk satu orang, tapi mereka memanipulasi agar ada satu orang yang sama dalam tempat yang berbeda melalui cloning.
Walau demikian, pada kenyataannya pelanggaran sains terhadap akhlak, moral, dan etika malah membuat aturan-aturan didunia sains semakin kompleks dan spesifik agar tidak terjadi pelanggaran serupa di masa depannya. Sehingga pada akhirnya pelanggaran-pelanggaran tersebut meningkatkan nilai moral, akhlak, dan etika dari sains itu sendiri. Jadi, terdapat hubungan antara sains dengan ketiga hal diatas yang saling mempengaruhi pada perkembangan sains itu sendiri.






C.    Peran Ilmu Akhlak dalam Perkembangan Pembelajaran Sains
Adapun beberapa peran ilmu akhlak dalam perkembangan pembelajarn sains diantaranya sebagai berikut:
1)      Akhlak dan aqidah islam sebagai dasar ilmu sains
Inilah peran utama pendidikan islam yang dimainkan dalam iptek, yaitu menjadikan akhlak dan aqidah islam sebagai segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigm Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasullullah SAW.
2)      Syariah Islam sebagai Standar Pemanfaatan Sains dan Teknologi
Peran kedua Islam dalam perkembangan sains dan teknologi, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan sains dan teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan sains dan teknologi yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia.






Sedangkan peran sains dan teknologi menurut Islam sesuai dengan firman Allah sebagai berikut:







Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (Kebesaran Allah) bagi kalangan ulul albab. Yaitu mereka yang hatinya selalu bersama Allah di waktu berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami,tidaklah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka perliharalah kami dari azab neraka. (QS Al Imron 190-191)
Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan keagunganNya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan keluasannyapun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat lagi Allah yang menciptakannya. Tidak terbayangkan oleh akal fikiran dan perasaan manusia Maha Hebatnya Allah. Kalaulah alam semesta yang nampak secara lahiriah saja sudah begitu luas, menurut kajian dengan menggunakan peralatan terkini yang canggih diameternya 20 milyar tahun cahaya, terasa betapa besar dan agungnya Allah yang menciptakannya. Ini alam lahiriah yang nampak dan dapat diukur secara lahiriah, belum lagi alam-alam yang berbagai jenis yang tidak dapat dikaji dan diobservasi dengan peralatan lahiriah buatan manusia, walau secanggih apapun.
Maka melalui kajian sains dan pengembangan teknologi, sepatutnya rasa hamba para saintis dan teknolog meningkat. Tetapi sedikit sekali saintis dan teknolog yang meningkat rasa hambanya, yang semakin tawadhu, yang semakin cinta dan takut dengan Allah. Bahkan kebanyakannya semakin mereka menemukan benda-benda dan inovasi-inovasi yang baru, semakin bangga dan rasa hebat. Bukan bertambah rasa kehambaan, rasa takut dan cintakan Allah.[7]

D.    Problematika Integrasi Ilmu Akhlak dalam Pembelajaran Ilmu Sains
Idealnya integrasi ilmu akhlak dalam pembeljaran ilmu sains dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam memantapkan materi ilmu akhlak. Juga sebagai sarana memperjelas permasalahan yang timbul dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam yang awalnya hanya bersifat dogmatis saja. Juga sebagai peningkatan rasa keimanan akan kebenaran segala yang disampaikan Al-Qur’an dan Hadis.
Namun kenyataan di lapangan tentu akan berbeda pelaksanaannya dengan adanya beberapa hambatan atau problematika yang dihadapi dalam proses integrasi tersebut. Di antara problematika tersebut adalah:
1           Sumber Daya Manusia
Tidak dapat dipungkiri bahwa guru pendidikan agama Islam berangkat dari disiplin ilmu yang hanya membekalinya untuk dapat mengajar pendidikan agama Islam sesuai dengan bidang keahliannya saja. Sehingga dalam aplikasinya ketika integrasi dengan sains dan teknologi dilaksanakan akan menimbulkan permasalahan kurangnya pemahaman dari guru pendidikan agama Islam tersebut tentang sains dan teknologi.
Hal ini dapat dicarikan solusi dengan beberapa langkah, di antaranya: dengan mengikuti pendidikan dan latihan terkait dengan sains dan teknologi, menambah referensi bacaan tentang sains dan teknologi, dan pembahasan dalam forum musyawarah guru mata pelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Dalam hal ini pemerintah telah memberikan perhatiannya dengan program sertifikasi guru. Dengan adanya program sertifikasi guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan yang berupa tunjangan profesi bagi guru. Undang-undang guru dan dosen antara lain dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru sekaligus kesejahteraannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.[8]
Selain itu dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pendidikan, para pengambil kebijakan di bidang pendidikan sering memperkenalkan inovasi pendidikan. Inovasi di bidang pembelajaran misalnya, sering ditatarkan atau di-diklat-kan kepada para guru.[9]
2           Laboratorium Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama sebagaimana pendidikan lainnya juga membutuhkan sarana dan fasilitas. Bila di sekolah ada laboratorium IPA, Biologi, Bahasa, maka sebetulnya sekolah juga membutuhkan laboratorium agama di samping masjid. Laboratorium itu dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang membawa peserta didik untuk lebih menghayati agama, misalnya video yang bernapaskan keagamaan, music dan nyanyian keagamaan, syair, puisi keagamaan, alat-alat peraga pendidikan agama, foto-foto yang bernapaskan keagamaan, dan lain sebagainya yang merangsang emosional keberagaman peserta didik.
3           Buku Referensi
Buku merupakan faktor yang sangat mendukung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penambahan referensi buku-buku agama maupun buku-buku tentang sains dan teknologi akan membantu menyelesaikan problem integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi. Pengadaan buku ini sebenarnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga pendidikan yang ada.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia sebagai ciptaan Tuhan dengan kesempurnaan akal pikirannya, di dalam ajaran Islam, dianjurkan untuk membaca ayat-ayat yang tersirat lewat fenomena dan keteraturan alam. Dengan kajian-kajiannya yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan dan teraplikasi dalam wujud teknologi, kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan sejahtera. Dengan mengetahui dan merenungi berbagai keteraturan dan fenomena alam yang ada akan menimbulkan keimanan, ketakwaan, dan kesadaran rohaniyah dalam diri manusia bahwa betapa kecilnya makhluk manusia dan betapa besarnya Tuhan sebagai pencipta alam semesta serta segala isinya.
Dengan integrasi ilmu akhlak dalam pembelajaran ilmu sains diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
B.     Saran
1)      Dengan adanya makalah yang mengangkat tema ini diharapkan dapat meningkatkan cara pembelajaran sains yang mengikutsertakan ilmu akhlak didalamnya.
2)      Dapat memotivasi pembaca agar melakukan ataupun membuat karya yang sama agar materi ini lebih dapat dikembangkan untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita. 2007. Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan. Jakarta: Giliran Timur.
Khudori Sholeh. 2007. Pokok Pikiran tentang Integrasi Ilmu dan Agama dalam Intelektualisme Islam; Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan Agama. Malang: LKQS UIN Malang.
Muhaimin. 2011. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Menuk Hardaniwati dkk. 2003. Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta: Pusat Bahasa.

















[1] Abdurrahman R Effendi dan Gina Puspita, Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, (Jakarta: Giliran Timur, 2007), hlm. 15.
[2] Menuk Hardaniwati dkk, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), hlm. 251-252
[3] Khudori Sholeh, Pokok Pikiran tentang Paradigma Integrasi Ilmu dan Agama dalam Intelektualisme Islam: Melacak Akar-akar Integrasi Ilmu dan Agama, (Malang: LKQS UIN Malang, 2007), hlm. 231.
[4] Achmad Zaidun, Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm. 263
[5] Abdurrahman R Effendi dan Gita Puspita, Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, hlm. 7.
[6] Thomas Djamaluddin, Isra’ Mi’raj: Inspirasi Mengintegrasikan Sains dalam Aqidah dan Ibadaha dalam http://www.dakwatuna.com/2011/06/12964/isra-miraj-inspirasi-mengintegrasikan-sains-dalam-aqidah-dan-ibadah/
[7] Abdurrahman R Effendi dan Gita Puspita, Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, hlm. 54-55
[8] Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 99.
[9] Ibid, hlm. 102.



1 komentar:

  1. MCD: A Casino in Atlanta is your ticket to - Dr. MD
    This site 대전광역 출장샵 is not 경상북도 출장마사지 associated with nor 경주 출장샵 is it 수원 출장샵 endorsed by any professional or collegiate league, association or 전주 출장마사지 team. Learn more.

    BalasHapus